I'm just bored heard all about some voice, especially someone not important for to talk about.
I'm just bored heard all about some voice, especially someone not important for to talk about.

Senin, 05 September 2011

Ngiik

Ngiik

Ngiik…ngiiik…ngiiik…

Aku terbangun dengan panik, ku lihat Reng masih tidur di bawah telapak kakiku lalu “suara apa itu?”. Ku lihat jam di dinding jarum pendek menunjuk ke angka 2 sementara jarum panjangnya di angka 9. “ma, itu suara apa?” tanyaku pada mama yang tidur sekam ar denganku. “mama tak tahu” ucap mama masih mengantuk.

Maklum di rumah ini hanya ada dua kamar, jadi aku sekamar dengan mama. Aku jadi punya banyak waktu untuk cerita dengannya meski hanya pada waktu malam sebelum tidur. Karena siang mama harus bekerja dari pagi. Ini masih terlalu dini untuk bangun pagi. Sudahlah lebih baik aku tidur lagi. Ku letakkan kepala di atas bantal empuk ini, tapi seperti ada suara lagi.

ngiiik…ngiiik…ngiiik ya aku sudah terlanjur bangun lebih baik aku lihat suara itu berasal dari apa.

“ma, aku keluar lihat dulu itu suara apa” pamitku pada mama.

“ya” balasnya.

Aku bangun dari tempat tidur lalu perlahan membuka pintu dan langsung pergi kea rah sumber suara yang ternyata berasal dari ruang tamu. Aku berjalan hanya dengan penerangan lampu dapur menuju meja televise, aku melongok ke bawah meja tersebut.

“pie, waah kau sudah melahirkan rupanya” kagetku melihat ember biru bulat dengan alas beberapa kain.

Ia menengok seakan mengerti apa yang ku katakan dengan pandangan mata bulat besarnya. Tunggu tadi di ruang tamu ada suara tapi kenapa suara itu sekarang jadi tidak ada?. Aku mengedarkan pandangan ke sekelilingku, dan mendapati suatu benda di lantai. Ku perhatikan benda itu dari jauh, aneh ? apa opi keguguran lagi? Fikirku tentang si kucing orangeku ini. Tiba-tiba… benda itu bergerak ngiik…ngiiik…ngiiik… persis dengan suara yang membangunkaku tadi. Aku kaget dan langsung memanggil mama.

Mama datang karena tadi sempat ku panggil. Aku langsung tahu bahwa itu adalah bayi kucing.

“ma, anak opi jatuh di lantai” aduku pada mama seraya menunjuk bayi kucing kecil tersebut.

Dengan cepat mama mengambil kain lembut lalu mengambil bayi itu dan meletakkannya di ember tempat opi melahirkan.

“Alhamdulillah, untung langsung di pindahkan” ujarku lega pada mama.

“oya, tadi pintu kamar kakak terbuka sedikit mungkin opi masuk ke sana” sambungku lagi.

“mungkin tadi dia bangun untuk memberitahukan bahwa dia sudah melahirkan” ucap mama mengerti.

“mama, itu ?” tanyaku ngeri melihatnya yang masih tersambung dengan pusar bayi itu serta masih ada darahnya.

“itu harus di potong”

“apa dia tak mati nanti ?” tanyaku yang mulai cemas bagaimana jika nanti dia mati. Oh tidak aku sudah terlanjur melihat tahu bahwa bayi kecil ini sudah pernah ada.

“tidak, ini ari-arinya kalau tidak di potong ia akan di makan kucing jantan” terang mama.

“ambilah sesuatu untuk memotongnya” titah mama

“akan ku ambil gunting tapi mama yang memotong ya, aku mau cuci tangan dulu” ucapku mnyerahkan gunting yang sudah ku ambil tadi. Aku menutup mulutku dengan rasa takut. Apa tidak apa-apa?

Kenapa aku jadi takut sesuatu terjadi padanya?. Mungkin karena sudah 2 tahun aku tak melihat kucing melahirkan jadinya aku mulai ngeri. Tentu ini bukan hal biasa, karena ini adalah pertama kalinya dia melahirkan. Sebelumnya dia sudah sering mengandung atau hamil, namun karena dia terlalu aktif sampai-sampai ketika mengandung ia tidak mengurangi aktifitas beratnya seperti berlari dan mengakibatkannya keguguran beberapa kali.

Tapi syukurlah ia melahirkan dengan selamat. Setelah selesai mengurus kelahiran bayi itu ku lanjutkan tidurku, masih pukul setengah 4. Aku tidur saja karena sedang tidak shalat.

***

Wuah sudah pagi saja, oya reng mana ya? Tadi dia tidur di telapak kakiku. Sepertinya dia sudah bangun. Baiklah aku mau lihat opi dan anaknya. Opi sedang menyusui anaknya, haus minum dulu deh. Banyak gelas kotor di meja, siap untuk bermain dengan sabun rupanya gelas-gelas ini. Mama sedang pergi ke pasar berbelanja di waktu aku tertidur pulas tadi.

Setelah selesai aku duduk sebentar.

Owek… Owek… Oweek…

Sepertinya ada suara aneh lagi. Itu bukan suara bayi. Aku berlari ke ruang tamu dan ku lihat seekor kucing hitam yang mau mendekati ember opi. Dia duduk di sana dan muntah-muntah.

IREEEEEEEENG………

End


Tidak ada komentar:

Posting Komentar