Menghiasi diri dengan keindahan iman

Berubah

      Berubah, satu kata yang mudah terucap namun kerapkali sulit untuk di laksanakan. "Fit, kamu kenapa pas acara itu diem aja?" ujar salah seorang kawan. "Gak apa-apa", ujarku. Dalam hati aku ingin mengucapkan "sorry, bukan maksudnya begitu hanya saja aku ingin nahan emosi". Karena bila ku jawab lagi yang ada mungkin malah tambah naik darah. Berusaha mencoba untuk melawan emosi dengan cara berpuasa. Yah, ketika berpuasa sunnah ada rasa lega juga tenang. Dan ada alasan untuk menahan amarah. Selain dapat mengekang amarah, juga mendapat pahala. Alhamdulillah.

      Yah, berubah kata itu tidak hanya kata. Tapi bila benar-benar di wujudkan ia tidak hanya menjadi sebuah kata saja namun membawa dampak besar bagi dirinya dan lingkungannya. Seperti kata yang tak asing di dengar oleh telinga, lebih baik mantan preman daripada mantan ustadz. Walau banyak yang mencibir, "bagaimana bila ia kembali menjadi preman?", kalau memang dia benar-benar bertaubat nasuhah kenapa tidak bisa berubah?. Terkadang sering kali terlihat seorang kawan yang dulunya baik, tegar, sabar malah berubah menjadi seorang yang paling di benci.

     Semua orang bisa berubah, kalau tidak berubah bisa kalah dengan hewan. Berubah lebih baik, Insyallah. Meski langkah tersebut harus di capai dengan cara yang tidak mudah. Memerlukan pengorbanan batin dan jiwa. "Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang mengubah apa-apa yang pada diri mereka (Q.S.13:11)". Jadi berubah itu perlu, untuk mengubah perilaku buruk. Meskipun bekasnya masih nampak, seperti goresan pensil yang masih membekas meski telah terhapus.

Sumber : artikel di google yang pernah di baca